Kamis, 15 Oktober 2020

Pejuang Jerawat? Saatnya menemukan solusi dengan menggunakan EssenHerb!

Diposting oleh cila di 09.47 0 komentar


Jerawat merupakan masalah kulit yang banyak ditemukan di Indonesia baik itu pada wanita maupun pria. Sering kali beberapa dari mereka menyerah mengobati jerawatnya karena sudah menggunakan banyak skincare maupun obat sesuai resep dokter tetapi hasilnya tidak kunjung membaik. 


Pada review kali ini, kalian jangan khawatir dengan jerawat kalian karena ada EssenHerb Tea Tree edition nih, bagus buat kalian yang memiliki masalah kulit berjerawat. Tea tree yang ada pada EssenHerb kali ini berbeda dengan yang lainnya sehingga menghasilkan kinerja yang lebih efektif dalam merawat kulit berjerawat. 




Kenapa EssenHerb ini berbeda? Dikarenakan kandungan tea tree pada EssenHerb sudah sesuai dengan kriteria tea tree yang baik dalam penggunaan yaitu memiliki komposisi % Tea Tree yang tepat, disertai dengan bahan aktif pendukung dan memiliki sertifikasi dan lulus skin irritation test. Selain itu juga, yang aku suka dari produk ini karena mengandung 90% Tea Tree organik dalam Calming Toner-nya. 


Ekstrak tea tree mampu meredakan masalah kulit dan membersihkan  kulit yang rusak serta memberikan efek menenangkan pada kulit yang berjerawat ataupun iritasi, serta kulit sensitif dengan lembut. 


Untuk Tea Tree Toner dari EssenHerb ini memiliki tesktur watery (air) yang sangat ringan apabila diaplikasikan pada kulit wajah kita. Efek yang dirasakan setelah penggunaan tea tree toner ini kulit terasa lebih lembut dan lembab. Untuk kemasannya kurang praktis untuk dibawa travelling karena ukurannya yang terbilang besar dengan size 200 mL. 




Sedangkan untuk Tea Tree Foam Cleanser dari EssenHerb ini memiliki tekstur yang creamy dengan hasil foam yang cukup banyak sehingga terasa lembut dikulit dan dapat membersihkan sisa make up secara mendalam. Untuk setelah pemakaian cleanser ini, kulit terasa lembut dan tidak overstripping. Sedangkan dari kemasan cleanser ini yang aku kurang suka karena terlalu besar dan cleanser mudah sekali keluar sehingga sering terjadi cleanser yang berceceran di sekitar penutup cleanser dengan pola tube. 





 Selamat mencoba, semoga kalian cocok!

Produk ini bisa juga ditemukan di Sociolla :

- Tea Tree Toner : Rp 249.000 (200 mL)

- Tea Tree Foam Cleanser : Rp 169.000 (150 mL)


Kalian bisa gunakan kode SBN066598 untuk mendapatkan potongan 25k dengan min. pembelian 150k untuk pembelian pertama baik produk diskon maupun non diskon. 


Buat kalian yang belum punya akun Sociolla bisa banget daftar lewat link https://www.soco.id/register/ciciladr atau scan QR di bawah ini dan jangan lupa lengkapi beauty profile kalian untuk mendapatkan Soco Points 150 yang bisa kalian gunakan untuk berbelanja. 





Apabila ada yang ingin ditanyakan bisa ketik di kolom komentar atau hubungin aku via instagram atau twitter. 

Instagram :@ciciladr

Twitter @greaskyn

Soco ID : ciciladr


Everybody has their own beauty standart πŸ’–πŸ’–πŸ’–



Minggu, 08 Oktober 2017

Metode Penenentuan Komposisi dan Struktur Kristal

Diposting oleh cila di 03.36 0 komentar
Metode Penenentuan Komposisi dan
Struktur Kristal
TUGAS AKHIR
MINERALOGI







DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 (KELAS SELASA PAGI)
SILVIA PANJAITAN (3334160023)
MUHAMMAD ZUHDI S (3334160007)             ADAM ANDI (3334160066)
ADHI HARTONO (3334160078)                        AMELIA R (3334160056)
ANDI NURMAHDI (3334160057)                     NINDYA PUTRI (3334150043)
CHINTYA NUR R (3334160014)
FERI NURCAHYADI (3334160030)                 ARRIZALUL FIQRI (3334160080)
FITRI VIVIYANA (3334160034)                       MUHAMMAD IRFAN (3334160075)
MUHAMMAD YASIN (3334150082)                SAHIS MAULIDANI (3334160054)
ANNISA SURYA (3334160024)                         YENI ANESIA (3334160090)
TEKNIK METALURGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON
2017








KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya lah tugas Mineralogi dengan judul “Metode Penenentuan Komposisi dan Struktur Kristal” ini dapat diselesaikan dan dijalankan dengan baik. Makalah yang disusun sebagai tugas mata kuliah Mineralogi ini membahas mengenai Metode Penentuan Komposisi dan Struktur Kristal diantaranya XRD, XRF, TEM, SEM, dan AAS . Atas terselesaikannya makalah ini dengan baik dan lancar, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.                Ibu Tiara Triana S.T.,M.T. selaku dosen mata kuliah Mineralogi.
2.                Pihak-pihak yang bersangkutan yang telah membantu dalam penyusunan tugas Mineralogi dengan judul “Metode Penenentuan Komposisi dan Struktur Kristal” ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Kritik dan saran yang membangun tentang tugas ini sangat penulis perlukan demi kesempurnaan tugas ini.
Cilegon, 6 Juni 2017

Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu metalurgi dan material, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.
Kristal yang terdapat dalam mineral mempunyai struktur-strukur yang unik dan sangat beragam. Tentunya setiap mineral mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda. Ada yang mengandung besi (Fe), tembaga (Cu), aluminium (Al), silika (Si), dan masih banyak lagi. Penentuan komposisi kimia dari masing-masing mineral dapat ditentukan dengan banyak cara, contohnya adalah X-Ray Fluorescence. Setelah mengetahui komposisi kimia dari mineral tersebut kita dapat menentukan struktur kristalnya. Cara yang paling sering digunakan adalah X-Ray Diffraction.
Oleh karena itu, dengan adanya tugas ini maka pemahaman kami terhadap metode penentuan komposisi dan struktur kristal menjadi lebih lagi.

1.2              Tujuan
Tujuan dari penyusunan tentang Metode - metode Penentuan Komposisi dan Struktur Kristal adalah:
1.      Mengetahui dan memahami berbagai macam metode - metode Penentuan Komposisi dan Struktur Kristal.
2.      Mengetahui dan memahami cara menetukan dari setiap metode - metode Penentuan Komposisi dan Struktur Kristal.
3.      Mengetahui dan memahami fungsi dan cara kerja dari setiap metode.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1              X-Ray Diffraction (XRD)
Proses analisis menggunakan X-ray diffraction (XRD) merupakan salah satu metoda  karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi sekitar 200 eV sampai 1 MeV. Sinar-X dihasilkan oleh interaksi antara berkas elektron eksternal dengan elektron pada kulit atom. Spektrum sinar X memilki panjang gelombang 10-10  s/d 5-10 nm, berfrekuensi 1017-1020 Hz dan memiliki energi 103-106 eV. Panjang gelombang sinar X memiliki orde yang sama dengan jarak antar atom sehingga dapat digunakan sebagai sumber difraksi kristal. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan elektron berkecepatan tinggi dengan logam sasaran. Oleh karena itu, suatu tabung sinar X harus mempunyai suatu sumber elektron, voltase tinggi, dan logam sasaran. Selanjutnya elektron elektron yang ditumbukan ini mengalami pengurangan kecepatan dengan cepat dan energinya diubah menjadi foton.
Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895, di Universitas Wurtzburg, Jerman. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar X. Untuk penemuan ini Rontgen mendapat hadiah nobel pada tahun 1901, yang merupakan hadiah nobel pertama di bidang fisika. Sejak ditemukannya, sinar-X telah umum digunakan untuk tujuan pemeriksaan tidak merusak pada material maupun manusia. Disamping itu, sinar-X dapat juga digunakan untuk menghasilkan pola difraksi tertentu yang dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif material. Pengujian dengan menggunakan sinar X disebut dengan pengujian XRD (X-Ray Diffraction).
XRD digunakan untuk analisis komposisi fasa atau senyawa pada material dan juga karakterisasi kristal. Prinsip dasar XRD adalah mendifraksi cahaya yang melalui celah kristal. Difraksi cahaya oleh kisi-kisi atau kristal ini dapat terjadi apabila difraksi tersebut berasal dari radius yang memiliki panjang gelombang yang setara dengan jarak antar atom, yaitu sekitar 1 Angstrom. Radiasi yang digunakan berupa radiasi sinar-X, elektron, dan neutron. Sinar-X merupakan foton dengan energi tinggi yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 0.5 sampai 2.5 Angstrom. Ketika berkas sinar-X berinteraksi dengan suatu material, maka sebagian berkas akan diabsorbsi, ditransmisikan, dan sebagian lagi dihamburkan terdifraksi. Hamburan terdifraksi inilah yang dideteksi oleh XRD. Berkas sinar X yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar X yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg merumuskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar X yang dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi. Ilustrasi difraksi sinar-X pada XRD dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.
Gambar 2.1 : Ilustrasi difraksi sinar-X pada XRD

Gambar 2.2 : Ilustrasi difraksi sinar-X pada XRD
Dari Gambar 2 dapat dideskripsikan sebagai berikut. Sinar datang yang menumbuk pada titik pada bidang pertama dan dihamburkan oleh atom P. Sinar datang yang kedua menumbuk bidang berikutnya dan dihamburkan oleh atom Q, sinar ini menempuh jarak SQ + QT bila dua sinar tersebut paralel dan satu fasa (saling menguatkan). Jarak tempuh ini merupakan kelipatan (n) panjang gelombang (Ξ»), sehingga persamaan menjadi :

Persamaan diatas dikenal juga sebagai Bragg’s law, dimana, berdasarkan persamaan diatas, maka kita dapat mengetahui panjang gelombang sinar X (Ξ») dan sudut datang pada bidang kisi (ΞΈ), maka dengan ita kita akan dapat mengestimasi jarak antara dua bidang planar kristal (d001).
Skema alat uji XRD dapat dilihat pada Gamnbar 3 dibawah ini.
Gambar 2.3: Skema alat uji XRD [3]
Dari metode difraksi kita dapat mengetahui secara langsung mengenai jarak rata-rata antar bidang atom. Kemudian kita juga dapat menentukan orientasi dari kristal tunggal. Secara langsung mendeteksi struktur kristal dari suatu material yang belum diketahui komposisinya. Kemudian secara tidak langsung mengukur ukuran, bentuk dan internal stres dari suatu kristal. Prinsip dari difraksi terjadi sebagai akibat dari pantulan elastis yang terjadi ketika sebuah sinar berinteraksi dengan sebuah target. Pantulan yang tidak terjadi kehilangan energi disebut pantulan elastis (elastic scatering). Ada dua karakteristik utama dari difraksi yaitu geometri dan intensitas. Geometri dari difraksi secara sederhana dijelaskan oleh Bragg’s Law (Lihat persamaan 2). Misalkan ada dua pantulan sinar Ξ± dan Ξ². Secara matematis sinar Ξ² tertinggal dari sinar Ξ± sejauh SQ+QT yang sama dengan 2d sin ΞΈ secara geometris. Agar dua sinar ini dalam fasa yang sama maka jarak ini harus berupa kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang sinar Ξ». Maka didapatkanlah Hukum Bragg: 2d sin ΞΈ = nΞ». Secara matematis, difraksi hanya terjadi ketika Hukum Bragg dipenuhi. Secara fisis jika kita mengetahui panjang gelombang dari sinar yang membentur kemudian kita bisa mengontrol sudut dari benturan maka kita bisa menentukan jarak antar atom (geometri dari latis). Persamaan ini adalah persamaan utama dalam difraksi. Secara praktis sebenarnya nilai n pada persamaan Bragg diatas nilainya 1. Sehingga cukup dengan persamaan 2d sin ΞΈ = Ξ» . Dengan menghitung d dari rumus Bragg serta mengetahui nilai h, k, l dari masing-masing nilai d, dengan rumus-rumus yang telah ditentukan tiap-tiap bidang kristal kita bisa menentukan latis parameter (a, b dan c) sesuai dengan bentuk kristalnya.
Estimasi Crystallite Size dan Strain Menggunakan XRD
Elektron dan Neutron memiliki panjang gelombang yang sebanding dengan dimensi atomik sehingga radiasi sinar X dapat digunakan untuk menginvestigasi material kristalin. Teknik difraksi memanfaatkan radiasi yang terpantul dari berbagai sumber seperti atom dan kelompok atom dalam kristal. Ada beberapa macam difraksi yang dipakai dalam studi material yaitu: difraksi sinar X, difraksi neutron dan difraksi elektron. Namun yang sekarang umum dipakai adalah difraksi sinar X dan elektron. Metode yang sering digunakan untuk menganalisa struktur kristal adalah metode Scherrer. Ukuran kristallin ditentukan berdasarkan pelebaran puncak difraksi sinar X yang muncul. Metode ini sebenarnya memprediksi ukuran kristallin dalam material, bukan ukuran partikel. Jika satu partikel mengandung sejumlah kritallites yang kecil-kecil maka informasi yang diberikan metiode Schrerrer adalah ukuran kristallin tersebut, bukan ukuran partikel. Untuk partikel berukuran nanometer, biasanya satu partikel hanya mengandung satu kristallites. Dengan demikian, ukuran kristallinitas yang diprediksi dengan metode Schreer juga merupakan ukuran partikel. Berdasarkan metode ini, makin kecil ukuran kristallites maka makin lebar puncak difraksi yang dihasilkan, seperti diilustrasikan pada Gambar 4. Kristal yang berukuran besar dengan satu orientasi menghasilkan puncak difraksi yang mendekati sebuah garis vertikal. Kristallites yang sangat kecil menghasilkan puncak difraksi yang sangat lebar. Lebar puncak difraksi tersebut memberikan informasi tentang ukuran kristallites. Hubungan antara ukuran ksirtallites dengan lebar puncal difraksi sinar X dapat diproksimasi dengan persamaan Schrerer .
Gambar 2.4 : XRD Peaks
Gambar 4 mengindikasikan bahwa makin lebar puncak difraksi sinar X maka semakin kecil ukuran kristallites. Ukuran kristallites yangmenghasilkan pola difraksi pada gambar bawah lebih kecil dari pada ukuran kristallites yang menghasilkan pola diffraksi atas. Puncak diffraksi dihasilkan oleh interferensi secara kontrukstif cahaya yang dipantulkan oleh bidang-bidang kristal. Hubungan antara ukuran ksirtallites dengan lebar puncal difraksi sinar X dapat diproksimasi dengan persamaan Schrerer [5-7].

Scherrer Formula 
D =   ..………………..…….……….…...(3)
Dimana :
·         Crystallite size (satuan: nm) dinotasikan dengan symbol (D)
·          FWHM (Line broadening at half the maximum intensity), Nilai yang dipakai adalah nilai FWHM setelah dikurangi oleh “the instrumental line broadening” (satuan: radian) d inotasikan dengan symbol (B)
·          Bragg’s Angle dinotasikan dengan symbol (ΞΈ)
·         X-Ray wave length dinotasikan dengan symbol (Ξ»)
·          Adalah nilai konstantata “Shape Factor” (0.8-1) dinotasikan dengan symbol (K)
·         Perlu diingan disini adalah: Untuk memperoleh hasil estimasi ukuran kristal dengan lebih akurat maka, nilai FWHM harus dikoreksi oleh "Instrumental Line Broadening" berdasarkan persamaan berikut
B =  ……….....(4)
Dimana :
FWHMsample adalah lebar puncak difraksi puncak pada setengah maksimum dari sampel benda uji dan FWHMstandard adalah lebar puncak difraksi material standard yang sangat besar puncaknya berada di sekitar lokasi puncak sample yang akan kita hitung.

BASIC FEATURES OF TYPICAL XRD EXPERIMENT
Gambar 2.5 Cara kerja XRD
1.      Production
2.      Diffraction
3.      Detection
4.      Interpretation
                               Aplikasi XRD
    XRD adalah teknik nondestruktif testing.
    Mengidentifikasi fase dan orientasi Kristal
    Untuk menentukan sifat struktural:
Parameter kisi (10-4Γ…), regangan, ukuran butiran, Expitaxy, komposisi fasa, orientasi pilihan (Laue) transformasi order-disorder, ekspansi termal.
    Untuk mengukur ketebalan film tipis dan multi lapisan
    Batas deteksi: ~ 3% dalam campuran dua fasa;
   dapat~ 0,1% dengan radiasi sinkrotron
    Resolusi spasial: biasanya tidak ada

2.2                     X-Ray Fluorosence (XRF)
Metode spektrometri merupakan metode analisis suatu bahan dengan peralatan tertentu yang hasil ujinya berupa spektrum (grafik) sumbu X-Y. Pengujian menggunakan alat XRF akan diperoleh hubungan 2 parameter yaitu sumbu X (horizontal) berupa energi unsur (keV) dan sumbu Y (vertikal) berupa intensitas cacahan perdetik (cps/ count per second). Sumber sinar-x berasal dari target Mo yang dikenakan pada sampel yang akan menghasilkan sinar x karakteristik karateristik untuk masing-masing unsur. Bahan yang dianalisis dapat berupa bahan padat pejal dan serbuk. Unsur yang dapat dianalisis adalah unsur dengan nomor atom kecil yaitu mulai unsur carbon (C) sampai dengan unsur dengan nomor atom besar yaitu uranium (U). Dari tabel sistem periodik unsur energi atom C sebesar 0,28 keV dan energi atom U sebesar 97,13 keV untuk kulit K dan L. Oleh karena energi setiap atom terdiri dari energi pada kulit atom K, L, M maka energi yang diambil untuk analisis adalah energy sinar-x yang dihasilkan oleh salah satu kulit atom tersebut. Dari petunjuk pengoperasian alat XRF diperoleh bahwa rentang energi sinar-x pada peralatan ini adalah 5 - 50 keV. Oleh karena itu, untuk analisis atom U harus diambil pada energy kulit L (13,61 keV) karena energi kulit K sangat besar (97,13 keV) dan berada di luar kemampuan alat. Untuk atom C energi yang diambil adalah energi kulit K karena mempunyai energi sekitar 0,28 keV. Analisis dengan menggunakan XRF dapat dilakukan dengan netode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis dengan menggunakan XRF dapat dilakukan dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis unsur secara kualitatif hanya memberikan informasi kandungan unsur suatu bahan yang dinyatakan dalam intensitas dengan satuan cps (count per second). Semakin besar intensitas yang muncul, maka semakin banyak kandungan unsur tersebut dalam suatu bahan. Dalam analisis secara kuantitatif, setiap puncak dari unsur yang terkandung dalam bahan tersebut mempunyai kandungan unsur dalam jumlah yang berbeda-beda. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan standar pembanding yang bersertifikat dengan persyaratan untuk menentukan bahan non standar yang akan dianalisis. Persyaratan bahan standar yang digunakan adalah bentuk, matrik dan kondisi pengukuran harus sarna dengan bahan yang dianalisis. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara mengkonversi hasil yang diperoleh dalam analisis kualitatif yang berupa intensitas dalam satuan cps menjadi satuan persen berat atau ppm (part per million).
Konversi dilakukan dengan menggunakan rumus :
 =
            C-sampel = ( ) x C-standar ..............................(1)
               Dimana :
               C-sampel : konsentrasi bahan yang dianalisis sampel (%berat, ppm)
               C-standar : konsentrasi standar  (%berat, ppm)
               I-sampel : intensitas cacahan sampel (cps)
               I-standar : Intensitas cacahan standar (cps)
Intensitas sampel dan intensitas standar diperoleh dari hasil pengukuran, sedangkan konsentrasi standar diperoleh dari sertifikat. Dari korelasi persamaan diatas maka diketahui besar konsentrasi sampel yang dianalisis.
2.3              Scanning Electron Microscopy (SEM)
Sejarah Electron Microscopy (SEM)
Konsep awal yang melibatkan teori pemindaian mikroskop elektron pertama kali diperkenalkan di Jerman (1935) oleh M. Knoll. Konsep standar dari SEM moderen dibangun oleh von Ardenne pada tahun 1938 yang menambahkan kumparan scan untuk mikroskop elektron transmisi. Desain SEM telah diubah cukup dengan Zworykin et al. pada tahun 1942 saat bekerja untuk RCA Laboratorium di Amerika Serikat. Desain itu lagi kembali di rancang oleh CW Oatley pada tahun 1948 seorang profesor di Universitas Cambridge. Sejak itu ada banyak kontribusi penting lainnya yang telah sangat ditingkatkan dan dioptimalkan kerja dari scanning mikroskop elektron moderen.
Perngertian SEM
SEM (scanning electron microscopy) adalah sebuah mikroskop elektron yang didesain untuk menyelidiki permukaan dari objek solid secara langsung.  SEM memiliki perbesaran 10 – 3.000.000x, depth of field 4 – 0.4 mm dan resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri
Cara kerja SEM
Cara kerja yaitu dengan memindai sinar halus fokus elektron ke sampel. Elektron berinteraksi dengan komposisi molekul sampel. Energi dari elektron berinteraksi ke sampel secara langsung sebanding dengan jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari sampel. Serangkaian energi elektron yang terukur dapat dianalisis oleh mikroprosesor canggih yang menciptakan pseudo gambar tiga dimensi atau spektrum elemen unik dari sampel yang dianalisis (Marantha,2008).
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 – 0,2 nm. Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastic.
Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda yang akan diuji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder. SEM memiliki kemampuan untuk menganalisis sampel tertentu dengan memanfaatkan salah satu metode yang disebutkan di atas. Sayangnya, setiap jenis analisis dianggap merupakan aksesori perangkat tambahan untuk SEM. Aksesori yang paling umum dilengkapi dengan SEM adalah dispersif energi detektor x-ray atau EDX (kadang-kadang dirujuk sebagai EDS) (Marantha,2008) .
Jenis detektor memungkinkan pengguna untuk  menganalisis komposisi molekul sampel. deteksi pertama yang dikenal dengan sinar-x ditemukan secara tidak sengaja oleh fisikawan Jerman Wilhelm Conrad Roeentgen pada tahun 1895 saat mempelajari sinar katoda dalam tegangan tinggi, tabung debit gas (Hal itu diketahui bahwa ketika katoda dari sebuah sirkuit listrik dipanaskan dalam ruang hampa dengan beda potensial yang besar diterapkan antara katoda dan anoda, kemudian ada gelombang bergerak antara dua elektroda. Awalnya ini dianggap gelombang elektromagnetik, sehingga mereka disebut sinar katoda, JJ Thompson (1856-1940) menciptakan sinar katoda tabung-CRT dasar untuk monitor komputer dan televisi). Karena alasan tersebut, Wilhelm Conrad Roeentgen menciptakan istilah "x-radiasi". Panjang gelombang elektromagnetik sinar-x sekitar 01-100 angstrom (disingkat Γ…) adalah salah satu dari sepuluh-miliar (1/10000000000) meter. Jenis elektron yang akan dibahas adalah elektron energi tingkat rendah yang dikenal sebagai efek Auger. Efek Auger pertama kali diamati pada tahun 1925 oleh Fisikawan Perancis Pierre-Victor Auger. Fenomena ini terjadi ketika sebuah elektron dilepaskan dari salah satu inti orbit dalam sehingga menghasilkan dua bagian elektron dari atom residu dan kemudian diulang untuk menghasilkan bagian yang baru atau x-ray yang untuk di pancarkan. Perlu dicatat bahwa spesifikasi deteksi Auger elektron atau yield Auger yaitu untuk elemen tertentu dengan nomor atom menurun. Sebagai contoh, emisi sinar-x dan Auger elektron dari seng (nomor atom 30) adalah sama. Jenis analisis dikembangkan di late1960 dan disebut Auger Spektroskopi atau AES. Teknik ini berguna dalam mempelajari komposisi lapisan permukaan secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa, elemen atau partikel sub-atomik yang dikenal sebagai muon (Marantha,2008).
Klasifikasi Scanning Electronic Microscopy (SEM)
Untuk mengetahui morfologi senyawa padatan dan komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa dapat digunakan alat scanning electron microscope (SEM). Scanning Electron Microscope adalah suatu tipe mikroskop elektron yang menggambarkan permukaan sampel melalui proses scan dengan menggunakan pancaran energi yang tinggi dari elektron dalam suatu pola scan raster. Elektron berinteraksi dengan atom – atom yang membuat sampel menghasilkan sinyal yang memberikan informasi mengenai permukaan topografi sampel, komposisi dan sifat – sifat lainnya seperti konduktivitas listrik (Anita, 2012).
SEM dapat mengamati struktur maupun bentuk permukaan yang berskalah lebih halus, Dilengkapi Dengan EDS (Electron Dispersive X-ray Spectroscopy) dan dapat mendeteksi unsur-unsur dalam material. Juga permukaan yang diamati harus penghantar elektron. Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi dari pada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 – 0,2 nm (Anita,2012). Dibawah ini diberikan perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron.
Gambar 2.6  Perbesaran SEM
Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis. Pantulan sinar SEM tersebut seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 Pantulan sinar pada SEM
Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa peralatan utama antara lain:
1.      Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah melepas elektron misal tungsten.
2.      Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.
3.      Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar  oleh  tumbukan  sebelum  mengenai  sasaran  sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
SEM mempunyai depth of field yang besar, yang dapat memfokus jumlah sampel yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan bayangan dengan resolusi tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang dapat diuji dengan perbesaran tinggi. Kombinasinya adalah perbesaran yang lebih tinggi, dark field, resolusi yang lebih besar, dan komposisi serta informasi kristallografi. Sem terdiri dari electron optic coloumb dan electron console. Sampel sem ditempatkan pada specimen chamber di dalam electron optic coloumb dengan tingkat kevakuman yang tinggi yaitu sekitar 2 x 10-6 Trorr. Sinar elektron yang dihasilkan dari electron gun akan dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar elektron ini akan melewati optic coloumb yang berfungsi untuk memfokuskan sinar elektron hingga mengenai sampel tersebut (Yudi Prasetyo,2011).
Pada pengambilan data dengan alat SEM-EDX, sampel bubuk yang telah diletakkan di atas specimen holder dimasukkan kedalam specimen chamber, kemudian dimasukkan dalam alat SEM-EDX dan alat siap untuk dioperasikan. Dalam pengukuran SEM–EDX untuk setiap sampel dianalisis dengan menggunakan analisis area. Sinar elektron yang di hasilkan dari area gun dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar elektron ini selanjutnya difokuskan menggunakan electron optic coloumb sebelum sinar elektron tersebut membentuk atau mengenai sampel. Setelah sinar elektron membentuk sampel, akan terjadi beberapa interaksi-interaksi pada sampel yang disinari. Interaksi-interaksi yang terjadi tersebut selanjutnya akan dideteksi dan diubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk grafik oleh analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011).
Pada pengukuran SEM –EDX untuk setiap sampel dilakukan pada kondisi yang sama yaitu dengan menggunakan alat SEM-EDX tipe JEOL JSM-6360LA yang memiliki beda tegangan sebesar 20 kv dan arus sebesar 30 mA. Pada pengukuran SEM-EDX setiap sampel digunakan dengan menggunakan analisis area. Sinar Elektron yang dihasilkan dari electron gun dialirkan hingga mengenai specimen sampel aliran sinar elektron ini selanjutnya difokuskan menggunakan electron optic coloumb, sebelum sinar elektron mengenai sampel. Setelah sinar elektron mengenai sampel maka akan terjadi interaksi pada sampel yang disinari. Interksi-interaksi yang terjadi tersebut slanjutnya akan dideteksi dan diubah kedalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk Grafik oleh Analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011).
Hasil analisa atau keluaran dari analisis SEM-EDX yaitu berupa gambar struktur permukaan dari setiap sampel dengan karakeristik gambar 3-D serta grafik hubungan antara energi (keV) pada sumbu horizontal dengan cecahan pada sumbu pertikal dari keluran ini dapat diketahui unsur – unsur atau mineral yang terkandung di dalam sampel tersebut, yang mana keberadaan unsur atau mineral tersebut dapat ditentukan atau diketahui berdasarkan nilai energi yang dihasilkan pada saat penembakan sinar elektron primer pada sampel (Yudi Prasetyo,2011).

Prinsip dan Proses Kerja Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM menggunakan prinsip scanning yaitu berkas elektron diarahkan pada titik permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan kemudian akan ditangkap oleh detektor dan akan diteruskan ke sistem layar. Hasil yang diperoleh merupakan gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Dalam penelitian morfologi permukaan dengan menggunakan SEM, pemakaiannya sangat terbatas tetapi memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi sekitar 100 Γ… (Stevens, 2001).
SEM memiliki perbesaran 10 – 3000000x, depth of field 4- 0.4 mm dan resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri (Yudi Prasetyo, 2011).
Menurut Yudi adapun fungsi utama dari SEM antara lain dapat digunakan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai:
·         Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya).
·         Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
·         Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
·         Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik, kekuatan, dan sebagainya).
Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh sebuah filamen pada electron gun. Pada umumnya electron gun yang digunakan adalah tungsten hair pin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda. Tegangan diberikan kepada lilitan yang mengakibatkan terjadinya pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron melaju menuju ke anoda.Kemudian electron beam difokuskan ke suatu titik pada permukaan sampel dengan menggunakan dua buah condenser lens. Condenser lens kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif) memfokuskan beam dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20 nm. Hamburan elektron, baik Secondary Electron (SE) atau Back Scattered Electron (BSE) dari permukaan sampel akan dideteksi oleh detektor dan dimunculkan dalam bentuk gambar pada layar CRT (Yudi Prasetyo,2011).
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda (Yudi Prasetyo,2011). Detektor-detektor tersebut antara lain:
·         Detektor EDX, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai komposisi sampel pada skala mikro.
·         Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai nomor atom dan topografi.
·         Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai topografi.
Pada SEM (Yudi Prasetyo,2011) terdapat sistem vakum pada electron-optical coloumb dan sample chamber yang bertujuan antara lain:
·         Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena adanya molekul gas pada lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan penurunan intensitas dan stabilitas.
·         Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap pada sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop. Karena apabila hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan membuat gelap detail pada gambar.
Semua sumber elektron membutuhkan lingkungan yang vakum untuk beroperasi. Prinsip scanning electron microscopy (Maranatha, 2008) yaitu :
·         Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan    dipercepat dengan anoda.
·          Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
·         Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai.
·         Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor.
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
Gambar 2.8 Prinsip kerja SEM
Menurut Maranatha ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered electron. Sinyal-sinyal tersebut dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.8 Signal backscattered
Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered adalah elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa dan permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah. Sedangkan backscattered electron memberikan perbedaan berat molekul dari atom-atom yang menyusun permukaan atom dengan berat molekul tinggi akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah (Munawirul,2011). Contoh perbandingan gambar dari kedua sinyal ini disajikan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.9  Perbandingan backscattered dan secondary electrons
Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan dengan gambar dibawah ini. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah atau datar (Munawirul,2011).
Gambar 2.10 mekanisme kontras secondary electrons
Sedangkan mekasime kontras dari backscattered elektron dijelaskan dengan gambar dibawah ini yang secara prinsip atom -atom dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom (Munawirul,2011).
Gambar 2.11 Mekanisme kontras backscattered
Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung multi atom para peneliti lebih banyak mengunakan teknik EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari Sinar X yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan muncul puncak – puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping (pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda-beda dari masing-masing elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentasi masing - masing elemen (Munawirul,2011).
Contoh dari aplikasi EDS digambarkan pada diagram dibawah ini.
Gambar 2.12 Aplikasi EDS
Cara kerja SEM yaitu sebuah elektron diemisikan dari katoda tungsten dan diarahkan ke suatu anoda. Tungsten digunakan karena mempunyai titik lebur yang paling tinggi dan tekanan uap paling rendah dari semua jenis logam, sehingga dapat dipanaskan untuk keperluan pemancaran elektron. Berkas elektron yang memiliki beberapa ratus eV dipusatkan oleh satu atau dua lensa kondeser kedalam suatu berkas cahaya dengan spot 1 nm sampai 5 nm. Berkas cahaya dipancarkan melalui sepasang coil scan pada lensa obyektif yang dapat membelokkan berkas cahaya secara horizontal dan vertikal  sehingga  membentuk  daerah  permukaan  sampel  persegi empat. (Bambang,2011).
Ketika berkas elektron utama saling berinteraksi dengan sampel, maka elektron kehilangan energi oleh penyebaran berulang dan penyerapan dengan setetes volume spesimen yang dikenal sebagai volume interaksi yang meluas kurang dari 100 nm sampai sekitar 5 nm pada permukaan. Ukuran dari volume interaksi tergantung pada berkas cahaya yang mempercepat tegangan, nomor atom spesimen dan kepadata spesimen. Energi berubah diantara berkas elektron dan hasil sampel hasil pada emisi elektron dan sampel hasil pada emisi elektron dan radiasi elektromagnet yang dapat dideteksi untuk menghasilkan suatu gambar (Bambang,2011).
Untuk Persiapan material yang akan dianalisa cukup sederhana. Khususnya untuk bahan – bahan yang bersifat konduktor maka hanya perlu dilekatkan pada sample holder yang terbuat dari logam. Biasanya pemegang sampel ini dapat dipakai untuk menempatkan 4 sampel berbeda sekaligus sehingga ketika menganalisa tidak perlu setiap akan ganti sampel membuka- tutup SEM. Biasanya sampel dilekatkan dengan bantuan selotip karbon. Contoh dari selotip karbon adalah seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.13 isolatip carbon
Adapun gambar dari sampel holder yang telah ditempel selotip dan diberi serbuk yang akan dianalisa dapat dilihat pada Gambar 2.20.
Gambar 2.14 Sampel holder + isolatip+sampel
Untuk sampel berupa serbuk. Setelah ditempel selotip karbon maka serbuk ditebarkan pada permukaan selotip dan sisa serbuk yang tidak dapat menempel harus dibersihkan sehingga tidak menganggu alat vakum (dush off) dalam SEM ketika analisa. Disamping ini adalah gambar dari sampel holder yang telah ditempel selotip dan diberi serbuk yang akan dianalisa. SEM mempunyai depth of field yang besar, yang dapat memfokus jumlah sampel yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik dari sampel tiga dimensi. SEM juga menghasilkan bayangan dengan resolusi tinggi, yang berarti mendekati bayangan yang dapat diuji dengan perbesaran tinggi. Kombinasi perbesaran yang lebih tinggi, dark field, resolusi yang lebih besar, dan komposisi serta informasi kristallografi membuat SEM merupakan satu dari peralatan yang paling banyak digunakan dalam penelitian, R&D industri khususnya industri semiconductor (Bambang,2011).
Keunggulan SEM (Bambang,2011) adalah sebagai berikut:
1.      Daya pisah tinggi
Dapat Ditinjau dari jalannya berkas media, SEM dapat digolongkan dengan optik metalurgi yang menggunakan prinsip refleksi, yang diarti sebagai permukaan spesimen yang memantulkan berkas media.
2.      Menampilkan data permukaan specimen
Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 mikro meter dari permukaan. Sinyal lain yang penting adalah back scattered electron yang intensitasnya bergantung pada nomor atom, yang unsurnya menyatakn permukaan spesimen. Dengan cara ini diperoleh gambar yang menyatakan perbedaan unsur kimia yang lebih tinggi pada nomor atomnya. Kemampuannya yang beragam membuat SEM popular dan luas penggunaannya, tidak hanya dibidang material melainkn juga dibidang biologi, pertanian, kedokteran, elektronika, mikroelektronika dan lain-lain.
3.      Kemudahan penyiapan sampel
Spesimen untuk SEM dapat berupa material yang cukup tebal, oleh karena itu penyiapannya sangat mudah. Untuk pemeriksaan permukaan patahan (fraktografi), permukaan diusahakan tetap seperti apa adanya, namun bersih dari kotoran, misalnya debu dan minyak. Permukaan spesimen harus bersifat konduktif. Oleh karena itu permukaan spesimen harus bersih dari kotoran dan tidak terkontaminasi oleh keringat.
Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain:
a.       Memerlukan kondisi vakum.
b.      Hanya menganalisa permukaan.
c.       Resolusi lebih rendah dari TEM.
d.      Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam seperti emas.
Komponen Utama SEM
SEM memiliki beberapa peralatan utama (Anita,2012) , antara lain:
1.              Penembak elektron (electron gun)
Ada tiga jenis atau tipe dari electron gun yaitu :
a)      Termal
Pada jenis ini, energi luar yang masuk ke bahan dalam bentuk energi panas. Energi panas ini diubah menjadi energi kinetik. Semakin besar panas yang diterima bahan maka akan semakin besar pula kenaikan energi kinetik yang terjadi pada electron. Pada situasi inilah akan terdapat elektron yang pada ahirnya terlepas keluar melalui permukaan bahan. Bahan yang digunakan sebagai sumber elektron disebut sebagai emiter atau lebih sering disebut katoda. Sedangkan bahan yang menerima elektron disebut sebagai anoda. Dalam konteks tabung hampa (vacuum tube) anoda lebih sering disebut sebagai plate. Dalam proses emisi termal dikenal dua macam jenis katoda yaitu:
·         Katoda panas langsung (Direct Heated Cathode, disingkat DHC).
·         Katoda panas tak langsung (Indirect Heated Cathode, disingkat IHC)
b)      Tungsten Filamen
Material ini adalah material yang pertama kali digunakan orang untuk membuat katode. Tungsten memiliki dua kelebihan untuk digunakan sebagai katoda yaitumemiliki ketahanan mekanik dan juga titik lebur yang tinggi (sekitar 3400o C), sehingga tungsten banyak digunakan untuk aplikasi khas yaitu tabung XRay yang bekerja pada tegangan sekitar 5000 V dan suhu tinggi. Akan tetapi untuk aplikasi yang umum terutama untuk aplikasi Tabung Audio dimana tegangan kerja dan temperatur tidak terlalu tinggi maka tungsten bukan material yang ideal, hal ini disebabkan karena tungsten memilik fungsi kerja yang tinggi (4,52 eV) danjuga temperatur kerja  optimal yang cukup tinggi (sekitar 2200o C).
c)      Field emission
Pada emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari bahan ialahadanya gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan. Pada katoda yang digunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik yang cukup besarsehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada elektron menyebabkanelektron memiliki energi yang cukup untuk lompat keluar dari permukaan katoda. Emisi medan listrik adalah salah satu emisi utama yang terjadi pada vacuum tubeselain emisi thermionic. Jenis katoda yang digunakan diantaranya adalah :
·         Cold Field Emission
·         Schottky Field Emission Gun
2.                   Lensa Magnetik
Lensa magnetik yang digunakan yaitu dua buah condenser lens. Condenser lens kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif) memfokuskan electron dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar 10-20 nm.

3.                   Detektor
SEM memiliki beberapa detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan elektron dan memberikan informasi yang berbeda-beda. Detektor-detektor tersebut antara lain:
·         Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai nomor atom dan topografi.
·         Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai topografi (Prasetyo, 2011).
4.                   Sample Holder
Untuk meletakkan sampel yang akan dianalisis dengan SEM.
5.                   Monitor CRT (Cathode Ray Tube)
Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar dapat dilihat.
a)      Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya (kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya).
b)      Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
c)      Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
d)     Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati (konduktifitas, sifat elektrik, kekuatan, dan sebagainya). (Prasetyo, 2011).
Jenis sampel yang dapat dianalisa : sampel biologi atau material padat.
Aplikasi (analisa sampel):
1.      Sampel Padat: logam, bubuk kimia, kristal, polymers, plastik, keramik, fosil, butiran, karbon, campuran partikel logam, sampel Arkeologi.
2.      Sampel Biologi: sel darah, produk bakteri, fungal, ganggang, benalu dan cacing. Jaringan binatang, manusia dan tumbuhan.
3.      Sampel Padatan Biologi: contoh profesi dokter gigi, tulang, fosil dan sampel arkeologi (Sudarman dkk., 2011).




2.4              Transmission Electron Microscopy (TEM)
Dalam dunia riset, TEM (Transmission Elektron Mikroskopi) merupakan salah satu mikroskop yang penting. Dalam bidang material, mikroskop ini digunakan untuk mengetahui struktur material terutama bentuk kristal penyusun material yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
TEM pertama kali dirancang oleh Max Knoll dan Ernst Ruska, prinsip awalnya dilakukan  dengan membatasi pencitraan gelombang cahaya terhadap objek yang akan dilihat. TEM sederhana tersebut hanya mampu melihat spesimen material hingga 16 kali pembesaran. Perkembangan berikutnya kohler dan rohr menggunakan sinar ultraviolet,  namun hal ini tidak dapat menghasilkan apa-apa karena terkendala oleh  panjang gelombang. Berikutnya max knoll di Universitas Teknologi Berlin Adolf Matthias, ditunjuk sebagai ketua tim peneliti untuk mengembangkan desain CRO yaitu desain defleksi ’sinar katoda’. Kemudian pada tahun 1931 kelompok ini berhasil menggerakkan gambar yang diperbesar dari grid mesh yang diletakkan di atas aperture anoda. Alat ini menggunakan dua lensa magnetik untuk mencapai perbesaran yang lebih tinggi, dan alat inilah yang disebut mikroskop elektron pertama (TEM).
Gambar 2.15 Prototipe pertama TEM
Komponen-Komponen TEM
Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat pada TEM beserta  penjelasannya:
a.       Ruang Vakum
Ruang vakum merupakan tempat dimana interaksi elektron terjadi, TEM standar mempunyai tekanan rendah, yaitu sekitar 10-4 Pa. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan tegangan antara katoda dan ground, dan juga untuk mengurangi frekuensi tumbukan elektron dengan atom gas. TEM membutuhkan film yang harus diganti secara teratur tiap ada objek sehingga TEM dilengkapi dengan sistem pemompaan ganda dan airlocks.
b.      Spesimen stages
Spesimen stages merupakan bagian yang fungsinya seperti meja preparat di mikroskop, yaitu berfungsi untuk meletakkan objek / preparat. Di dalam TEM spesimen stages ini berupa jaring-jaring yang bisa kita sebut dengan ’grid’. Ukuran grid TEM standar ditunjukkan seperti cincin berdiameter 3,05 mm, dengan ukuran ketebalannya mulai dari 100 pM. Sampel diletakkan pada grid dengan ukuran sekitar 2,5 mm. Grid biasanya terbuat dari tembaga, molibdenum, emas atau platinum. Untuk spesimen Elektron transparan memiliki ketebalan sekitar 100 nm, tetapi nilai ini tergantung pada tegangan percepatan.
c.       Electron gun
Electron gun merupakan bagian dari TEM yang sangat penting, electron gun inilah yang menghasilkan partikel-partikel elektron. Electron gun  memiliki beberapa komponen penting yaitu filament, sebuah biasing circuit, sebuah Wehnelt cap, dan sebuah extraction anode. Elektron dapat di ekstraksi dengan menghubungkan filamen ke komponen power supply negatif, elektron "dipompa" dari pistol elektron ke lempeng anoda, dan kolom TEM. Pistol dirancang untuk membuat berkas elektron keluar dari rangkaian dalam beberapa sudut tertentu, yang dikenal sebagai semiangle perbedaan pistol, Ξ±. Dengan  membentuk silinder Wehnelt sedemikian rupasehingga memiliki muatan negatif lebih tinggi dari filamen itu sendiri untuk membuat elektron keluar dari filamen dengan cara diverging. Pada operasi yang tepat, pola elektron dipaksa untuk memusat dengan diameter ukuran minimum crossover pistol.
d.      Electron lens
Lensa elektron dirancang dengan cara meniru lensa optik, dengan memfokuskan sinar sejajar pada beberapa constant focal length. Lensa dapat beroperasi elektrostatis atau magnetis. Mayoritas lensa elektron untuk TEM menggunakan kumparan elektromagnetik untuk menghasilkan lensa cembung. Untuk lensa ini bidang yang dihasilkan harus radial simetris, deviasi dari simetri radial lensa magnetik dapat menyebabkan aberasi seperti astigmatisme, spherical and chromatic aberration. lensa elektron dibuat dari besi, komposit besi-kobalt atau kobalt nikel.
Seluruh komponen termasuk ’yoke’, kumparan magnet, pole, polepiece, dan sirkuit kontrol eksternal. polepiece harus diproduksi dengan cara yang sangat simetris. Kumparan yang menghasilkan medan magnet berada di dalam yoke. Biasanya kumparan dapat digunakan dengan tegangan tinggi, oleh karena itu memerlukan isolator untuk mencegah hubungan arus pendek pada komponen lensa. Thermal distributor digunakan sebagai peredam panas yang dihasilkan oleh energi yang hilang dari gulungan coil.
e.       Apertures
                     Apertures merupakan lingkaran pelat logam yang terdiri dari sebuah cakram logam kecil yang cukup tebal. Apertures digunakan untuk mengarahkan elektron agar dapat berjalan secara aksial. Hal ini dapat menyebabkan efek simultan, yaitu apertures dapat mengurangi berkas intensitas dan menghilangkan elektron yang tersebar di berbagai sudut tinggi, yang mungkin disebabkan oleh proses-proses yang tidak diinginkan seperti aberration, atau karena difraksi dari interaksi dalam sampel.
Dengan adanya aperture, elektron sentral dalam TEM menyebabkan dua efek simultan:
Pertama, aperture mengurangi intensitas berkas elektron yang disaring dari balok, yang mungkin diinginkan dalam kasus sampel balok sensitif.
Kedua, penyaringan ini menghilangkan elektron yang tersebar pada sudut tinggi, yang mungkin disebabkan oleh proses-proses yang tidak diinginkan seperti aberration bola atau berwarna, atau karena difraksi dari interaksi dalam sampel.
Gambar 2.16 Bagian-bagian TEM
Fungsi TEM
Sebuah Transmisi Elektron Mikroskop memiliki desain dengan mikroskop cahaya biasa, hanya perbedaannya TEM menggunakan cahaya sedangkan mikroskop cahaya menggunakan elektron. Dengan menggunakan tabung sinar katoda atau filamen (sumber untuk menghasilkan elektron yang sangat baik) dalam ruang hampa, elektron dipercepat menuju spesimen yang diberikan dengan menciptakan perbedaan potensial. Serangkaian magnet dan lubang logam digunakan untuk memfokuskan uap elektron menjadi monokromatik balok, yang kemudian bertabrakan dengan spesimen dan berinteraksi sesuai dengan kerapatan dan muatan material. Interaksi ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana spesimen yang telah disiapkan.
Adapun Sinyal utama yang dapat dihasilkan oleh TEM cukup banyak, antara lain:
·         Diffraction contrast : dipakai untuk mengkarakterisasi kristal, biasanya digunakan untuk menganalisa defek, endapan, ukuran butiran dan distribusinya.
·         Phase contrast : dipakai untuk menganalisa kristalin material.
·         Mass/thickness contrast : dipakai untuk karakterisasi bahan amorf berpori, polimer, dan material lunak lainnya.
Cara Kerja TEM
Prinsip kerja TEM dimulai dari sumber emisi (pistol elektron) yaitu tungsten filament dan sumber lanthanum hexaboride (LaB6). Dengan menghubungkan pistol ini dengan sumber tegangan tinggi (biasanya ~ 100-300 kV) pistol akan mulai memancarkan elektron baik dengan termionik maupun emisi medan elektron ke sistem vakum. ekstraksi ini biasanya dibantu dengan menggunakan silinder Wehnelt. Interaksi elektron dengan medan magnet akan menyebabkan elektron bergerak sesuai dengan aturan tangan kanan, sehingga memungkinkan elektromagnet untuk memanipulasi berkas elektron. Penggunaan medan magnet akan membentuk sebuah lensa magnetik dengan kekuatan fokus variabel yang baik. Selain itu, medan elektrostatik dapat menyebabkan elektron didefleksikan melalui sudut yang konstan. Dua pasang defleksi yang berlawanan arah dengan intermediete gap akan membentuk arah elektron yang menuju lensa.
Berbeda dengan mikroskop optik yang lensanya bisa langsung difungsikan, optik TEM bisa cepat berubah, TEM memiliki kekuatan lensa yang berubah-ubah. Lensa TEM memungkinkan adanya konvergensi, dengan sudut konvergensi yang sesuai variabel parameter, TEM berkemampuan untuk mengubah perbesaran dengan cara memodifikasi jumlah arus yang mengalir melalui kumparan, lensa quadrupole atau lensa hexapole.
Biasanya TEM terdiri dari tiga tahap lensing. Tiga tahapan itu adalah lensa kondensor, lensa objektif, dan lensa proyektor. Lensa kondensor bertanggung jawab untuk pembentukan balok primer, sedangkan fokus lensa objektif datang melalui sampel itu sendiri (dalam STEM mode pemindaian, ada juga lensa objektif atas sampel untuk membuat konvergen insiden berkas elektron). Lensa proyektor digunakan untuk memperluas sinar ke layar fosfor atau perangkat pencitraan lain, seperti film. Pembesaran TEM berasal dari rasio jarak antara spesimen dan lensa objektif. Selain itu, lensa Quad dan hexapole digunakan untuk koreksi distorsi balok asimetris, yang dikenal sebagai astigmatisme. Perlu dicatat bahwa konfigurasi TEM optik sangat berbeda dengan kenyataannya.
Sistem Pencitraan dalam TEM terdiri dari layar fosfor, partikel sulfida seng dibuat sehalus mungkin (10-100 pM) untuk pengamatan langsung oleh operator. sistem perekaman gambar berdasarkan film atau doped YAG yang digabungkan CCD layar. Perangkat ini dapat dihapus atau dimasukkan ke dalam jalur balok oleh operator sesuai kebutuhan.
Secara umum, elektron dihamburkan oleh partikel di udara,  yang diperlukan untuk memperbaiki (dan mempercepat) electron yang disimpan dalam ruang hampa untuk mencegah interaksi yang  tidak diinginkan.  Oleh karena itu, untuk melihat spesimen hidup di bawah TEM sulit untuk dilakukan. Selain itu, elektron tidak dapat menembus spesimen yang sangat tebal lapisannya, karena hanya dapat menembus 50-100nm.
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut :
a.       Melakukan fiksasi
Melakukan fiksasI yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. Pengambilan sampel dengan ferri osmium (stabilizes lipid bilayers and proteins) dan glutaldehyde (biasanya dilakukan di awal; ikat silang protein dengan ikatan kovalen) memungkinkan spesimen untuk mengalami dehidrasi dan diresap oleh resin monomer. Spesimen dalam bentuk ini dapat diiris dengan baik  dengan pisau berlian atau ultra-mikrotom untuk membuat  bagian tipis yang bebas dari air dan zat volatil. Prosedur ini, kurang umum digunakan, oleh karena itu digantikan oleh rapid freezing.
b.      Rapid freezing
   Pembuatan lapisan tipis suatu specimen yang diuji dengan TEM tidak menjamin bahwa specimen tersebut dapat dilihat di bawah mikroskop menyerupai struktur dalam bentuk (ikatan kovalen protein yang bermasalah) yang sebenarnya. Untuk memastikan sepenuhnya, specimen harus  diawetkan tanpa merusak struktur aslinya yang dimungkinkan untuk pembekukan cepat spesimen dengan sedemikian rupa  sehingga mencegah molekul-molekul air dari menata ulang strukturnya sendiri. Dengan memasukkan spesimen ke dalam sebuah polesan  blok tembaga dingin dengan helium, air sangat dingin dimasukkan ke dalam es vitreous. Spesimen ini kemudian dapat diiris dengan sebuah ultramicrotome.

2.5              Atomic absorption spectroscopy (AAS)
Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.

Teori Spektrofotometer Serapan Atom
Prinsip dasar  Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990).  Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur.  Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom.  Komponen kunci pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. (Anonim, 2003)
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).
Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis.  Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state).  Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan.  Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala.  Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala.  Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya yaitu kurva kalibrasi, standar tunggal dan kurva adisi standar (Anonim, 2003).
Aspek kuantitatif dari metode spektrofotometri diterangkan oleh hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = Ξ΅ . b . c atau A = a . b . c ........................................(5)  
Dimana :
A = Absorbansi
Ξ΅  = Absorptivitas molar (mol/L)
a = Absorptivitas (gr/L)
b = Tebal nyala    (nm)
c = Konsentrasi    (ppm)
Absorpsivitas molar (Ξ΅) dan absorpsivitas (a) adalah suatu konstanta dan nilainya spesifik untuk jenis zat dan panjang gelombang tertentu, sedangkan tebal media (sel) dalam prakteknya tetap.  Dengan demikian absorbansi suatu spesies akan merupakan fungsi linier dari konsentrasi, sehingga dengan mengukur absorbansi suatu spesies konsentrasinya dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan konsentrasi larutan standar.

Komponen Alat Spektrofotometri Serapan Atom
a)      Sumber Sinar
    Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA kita harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan.  Maka kita harus menggunakan Hallow Cathode khusus.  Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten.  Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan.  Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990).
Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah ”Electrodless Dischcarge Lamp” lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil.
b)      Sumber Atomisasi
    Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala.  Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan.  Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol.  Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).  Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen.  Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.
Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh atom dalam nyala.
c)      Tabung Gas
Tabung ini berisi gas asetilen dengan kisaran suhu ± 20000K. Ada juga tabung gas yang berisi gas N2O, dengan kisaran suhu ± 30000K
d)      Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.
e)      Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp
f)        Burner
Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides agar tercampur merata dan dapat terbakar pada pemantik api. Pada burner terdapat lubang yang merupakan proses awal pengatomisasian nyala api.
g)      Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
h)      Sistem Pengolah
Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.


i)        Sistem Pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
Gambar 2.17 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Fungsi Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom berfungsi untuk menentukan kadar konsentrasi dari unsur metalik untuk kepentingan medis dalam pemeliharaan kesehatan, seperti kalsium, magnesium, tembaga, seng, dan besi.
Selain itu Spektrofotometer Serapan Atom juga dapat digunakan untuk menentukan apakah obat-obatan terapeutik tingkat seperti lithium telah dicapai dalam darah dan juga dapat mendeteksi kuantitatif kadar racun pada logam.

Prinsip Kerja Spektrofotometer Serapan Atom
Lampu ditransmisikan untuk menentukan isi dari suatu analit dalam sampel yang diberikan, itu harus dikabutkan. Atomizers paling umum digunakan saat ini adalah api dan tabung grafit (electrothermal) atomizers. Atom kemudian harus disinari oleh radiasi optik, dan sumber radiasi bisa berasal garis elemen khusus sumber radiasi atau sumber radiasi kontinum.
Radiasi kemudian melewati monokromator dalam proses untuk memisahkan radiasi elemen-spesifik dari radiasi lain yang dipancarkan oleh sumber radiasi, yang akhirnya diukur dengan detektor.

Gangguan dalam Spektrofotometri Serapan Atom
Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur.
a)      Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori
    Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory).  Sebagai contoh fospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca2P2O7).  Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang.  Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam larutan.  Kedua logam ini mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat dapat dicegah atau diminimalkan.  Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa refraktori dengan fospat dapat dihindarkan.  Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar.  Gangguan yang lebih serius terjadi apabila unsur-unsur seperti: Al, Ti, Mo, V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan temperatur nyala, sehingga nyala yang umum digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.
b)      Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan beberapa unsur yang lain.  Karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala.  Dalam analisis dengan SSA yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tak terionisasi.  Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang.  Namun demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu.  Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.
c)      Gangguan Fisik Alat
Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi.  Parameter-parameter tersebut adalah kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur nyala.  Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat kalibrasi atau standarisasi.

Kekurangan dan Kelebihan Spektrofotometer Serapan Atom
a)      Kelebihan
·         Menganalisis konsentrasi logam berat dalam sampel secara akurat karena konsentrasi yang terbaca pada alat SSA berdasarkan banyaknya sinar yang diserap yang berbanding lurus dengan kadar zat.
·         Menganalisis sampel sampai pada kadar rendah (‰), sedangkan pada metode lain seperti volumetrik hanya dapat menganalisis pada kadar yang tinggi (%).
·         Analisis sampel dapat berlangsung lebih cepat
b)      Kekurangan
·         Hanya dapat menganalisis logam berat dalam bentuk atom-atom. SSA menganalisis logam berat dari atomatom karena tidak berwarna.
·         Sampel yang dianalisis harus dalam suasana asam, sehingga semua sampel yang akan dianalisis harus dibuat dalam suasana asam dengan pH antara 2 sampai 3.
·         Biaya operasional lebih tinggi dan harga peralatan yang mahal.







BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN

3.1  Pertanyaan
1.      Perhatikan  tabel dibawah !

Persentasi atom Al
Hc (A/m)
MRemanen (A/m)
(BH)max J/m3
MMaksimum (A/m)
4%
-
-
-
(1,14 0,02)x106
5%
1400 28
5300 106
36 0,72
(1,34 0,03)X106
6%
1050 21
7820 156
34 0,68
(1,44 0,03)X106

Jika diasumsikan perbandingan nilai koersivitas material dengan Al 5% dengan koervisitas material dengan kadar Al 6%. Jelaskan !

2.      Manfaat penggunaan koersivitas dari kadar AL 6% jika dipakai dalam transformator?
3.      Pada percobaan XRD dengan sampel CuCl ditentukan sudut-sudut difraksi 2  padat:
[21.44α΅’, 30.31α΅’, 37.88, 41.82, 49.38α΅’, 54.48, 63,49]. Tentukan parameter kisi sampel dan bidang refleksi yang berkiatan dengan sudut-sudut tertentu apakah FCC, BCC ataukah Intan. (X-Ray dari Cu K )
No.
2
Sin2
S approx
s
hkl
a
1.
21.44






2.
30.31






3.
37.88






4.
41.82






5.
49.38






6.
54.48






7.
63,49







4.      Apa kegunaan detector pada XRF?
5.      Tuliskan persamaan Boltzman!
6.      Apa itu TEM?
7.      Jelaskan secara singkat perkembangan TEM?
8.      Sebutkan bagian dari komponen TEM !
9.      Apa itu SEM?
10.  Sebutkan dan jelaskan fungsi detector pada SEM?

3.2  Jawaban Pertanyaan
1.      dari nilai koersivitas material Al 5% dibandingkan dengan 6% Al lebih rendah. Sifat magnetic untuk soft magnetic material dengan kadar 6% Al lebih baik dari kadar 5% Al. Penambahan Al untuk mendapatkan sifat magnetic yang baik.
2.      Koersivitas kadar Al 6% yang rendah dapat membuat hysteresis loss menjadi berkurang. Material ini dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam transformator.
3.       
No.
2
Sin2
S approx
s
hkl
a
1.
21.44
10.72
0.034
1
1
100
4.14x1010
2.
30.31
15.155
0.068
2
2
110
14.164
3.
37.88
18.94
0.105
3.08
3
111
3.736
4.
41.82
28.91
0.127
3.73
4
200
0.891
5.
49.38
24.69
0.174
5.117
5
210
3.689
6.
54.48
27.24
0.209
6.147
6
211
3.762
7.
63,49
31.74
0.276
8.117
8
220
0.632
Bisa ditarik kesimpulan kisi bidang refleksi membentuk sudut SC. SC = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8..
4.      Detektor yang digunakan pada alat XRF adalah detektor Si (Li). Perangkat detektor Si (Li) terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan p, i, dan n. Lapisan ini tergabung dalam suatu struktur dioda yang hanya bisa melewatkan arus listrik satu arah, Elektron dalam pita terlarang akan berpindah ke bagian pita konduksi dan hanya arus yang menyebabkan perpindahan elektron melalui pita konduksi.
5.      Persamaan Boltzman:
6.      Dalam dunia riset, TEM (Transmission Elektron Mikroskopi) merupakan salah satu mikroskop yang penting. Dalam bidang material, mikroskop ini digunakan untuk mengetahui struktur material terutama bentuk kristal penyusun material yang tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
7.      TEM pertama kali dirancang oleh Max Knoll dan Ernst Ruska, prinsip awalnya dilakukan  dengan membatasi pencitraan gelombang cahaya terhadap objek yang akan dilihat. TEM sederhana tersebut hanya mampu melihat spesimen material hingga 16 kali pembesaran. Perkembangan berikutnya kohler dan rohr menggunakan sinar ultraviolet,  namun hal ini tidak dapat menghasilkan apa-apa karena terkendala oleh  panjang gelombang. Berikutnya max knoll di Universitas Teknologi Berlin Adolf Matthias, ditunjuk sebagai ketua tim peneliti untuk mengembangkan desain CRO yaitu desain defleksi ’sinar katoda’. Kemudian pada tahun 1931 kelompok ini berhasil menggerakkan gambar yang diperbesar dari grid mesh yang diletakkan di atas aperture anoda. Alat ini menggunakan dua lensa magnetik untuk mencapai perbesaran yang lebih tinggi, dan alat inilah yang disebut mikroskop elektron pertama (TEM).
8.      a. Ruang Vakum
b. Spesimen stages
c. Electron gun
d. Apertures
9.      SEM (scanning electron microscopy) adalah sebuah mikroskop elektron yang didesain untuk menyelidiki permukaan dari objek solid secara langsung.  SEM memiliki perbesaran 10 – 3.000.000x, depth of field 4 – 0.4 mm dan resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industry
10.  A.        Detektor EDX, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai komposisi sampel pada skala mikro.
B.        Backscatter detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai nomor atom dan topografi.
C.        Secondary detector, yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai topografi.



DAFTAR PUSTAKA
William, David B. 1996. Transmission Electron Microscopy. Plenum press: New York
TEM. http://tri-w-b-fst08.web.unair.ac.id/. Diakses pada hari senin 6 JUNI 2017
SEM http://eprints.polsri.ac.id/1859/3/BAB%20II.pdf Diakses pada hari senin 6 JUNI 2017
XRD web.pdx.edu/~pmoeck/phy381/Topic5a-XRD.pdf Diakses pada hari senin 6 JUNI 2017
XRD labterpadu.undip.ac.id/blog/2013/01/28/difraksi-sinar-x/ Diakses pada hari senin 6 JUNI 2017
Kraus, Edward Henry dkk. 1959. “An Introduction to the study of Minerals and Crystals”. McGRAW-HILL BOOK COMPANY : New York.

                               
 

Cicila Pan's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review